Jumat, 27 Juli 2012

Trilogi sambil menyelam minum air

Bismillah,
yep, tulisan kesekian dari tulisan-tulisan ga penting menurutku.
Pernah denger mungkin, atau sering kalimat ini muncul dalam beberapa tulisanku.
"Sambil menyelam minum air, kalau perlu ada berlian atau mutara ambil saja, ada ikan ambil saja, apapun yang kiranya bagus ambil saja", kurang lebih seperti itulah.
Dan memang itu aku yang memunculkan dan mempraktekannya. Efetktifkah? bergunakah? secara umum berguna dan memang bisa naikin CV lah, atau capaian pribadi kita.
dengan berprinsip itu, true story, aku bisa dapatkan apapun yang aku mau (kasarannya). Banyak koneksi yang bisa aku bentuk, banyak project yang bisa kukerjakan, dan banyak juga fasilitas serta uang (mungkin) yang bisa diperoleh. Dalam peribahasa tersebut tersimpan pesan bahwa kita harus bersikap oportunis, dalam artian capai dan kerjakan apapun yang bisa kamu kerjakan. Seluas dan sebanyak mungkin, karena kesempatan tidak datang dua kali. Benar kan. TERUS Pertanyaannya, "Lha terus kenapa hal ini dipermasalahkan?"
Ternyata peribahasa modifikasi tersebut belum selesai kawan. Masih ada lanjutannya. Lanjutan yang sebenarnya merupakan suatu refleksi terhadap diriku sendiri. Lanjutan yang muncul setelah sekian lama aku mempraktekan prinsip-prinsip itu...kurang lebih lanjutannya seperti ini..
".....Namun ingat, seberapa besar kantung yang kau bawa, kalau semuanya kau ambil dan kau masukkan, sedangkan kantungmu tidak terlalu besar, maka siap2 saja untuk tas itu sobek dan berantakanlah barang-barang yang sudah kamu masukkan"
Kapasitas dan kemampuan, hal yang tidak boleh dilupakan. Jangan mentang-mentang ada kesempatan, kemudian secara brutal (kalau tidak mau dibilang serakah) mengambilnya tanpa memikirkan kemampuan diri, tanpa memikirkan konsekuensi yang harus ditanggung setelahnya. Memang terlihat keren ketika kita terlibat dalam banyak hal, menjadi bagian penting dari banyak hal, berinteraksi dengan banyak orang, pergi kesana-kemari untuk urusan-urusan tersebut, memasang status-status sombong yang bikin kita untuk sementara mabuk. Dan memang, yang namanya mabuk itu nggak ada yang bener, setelahnya pasti akan jatuh, hilang keseimbangan.
Refleksiku untuk hari ini, perhatikan dan pertimbangkan kemampuanmu...seberapa besar kantung yang kamu miliki...

Rabu, 25 April 2012

April (bukan) Mop

Sudah lama tidak nulis lagi. Bukan berarti tidak ada cerita-cerita berkesan lagi tetapi lebih kepada kemalasan untuk menulis..opo toh.
Yups, bulan April, keren lah ya. Ada banyak banget hal yang terjadi, Hemm mulai darimana yak.Oya terkait penawaran Prof untuk melanjutkan studi untuk posisi Ph.D bidang Glaukoma, alhamdulillah sudah bertemu dengan beliau. Karena posisiku saat ini masih belum jadi dokter beneran, tidak masalah kapanpun beliau bersedia untuk membantu. Yang pasti harus pinter bahasa Inggrisnya, hehe. Okey prof, as u wish. Subhanalloh. Semoga ini adalah jalanku.
Apalagi ya, oiya ini, sebelumnya kontrak kerjaku dengan salah satu center manajemen pelayanan kesehatan  untuk pendidikan kedokteran di kampus sampai 6 bulan kedepan. Entah kenapa, kemudian ditransfer ke salah satu proyek Dikti, whatta, aku pikir. Meskipun sempat galau tentang statusku yang sebenarnya, tapi alhamdulillah sudah jelas sekarang, aku masih pegang dua-duanya (Whattt). Mbuhlah, soal renumerasi, manut saja aku, dikasih berapapun oke. (ini bukan berarti pasrah lho, tapi bagi pemula seperti saya penting untuk membuat track record yang baik, masalah gituan ntar bakal ngikut kok, yakin deh).
Trus apalagi ya, oiya, proyek yang lain, masih dalam tahap negosiasi sih tapi kemungkinan untuk deal sangat besar karena mereka yang butuh kita.Nah lo. Dan sudah deal, yeyeye, alhamdulillah, sampai tahun 2013 rencananya (ngarep passive income.co.id).
Apalagi yah....masih banyak cerita, tapi ntarlah nulisnya, mau ngerjain yang lain dulu. Semakin banyak deal-dealan otomatis semakin banyak kerjaan masbro.

Minggu, 01 April 2012

APalah Ya...

Minggu yang luar biasa actually. Minggu terakhir stase saraf diawali dengan ngumpulin syarat2 ujian in the last minute. Beuh, susahnya ketemuan dengan pembimbing, entah sudah berapa kali cancelled. Tapi, may be thats the art of this business, I mean we can't go and let all the think going fast, we need a turn for some. Dan, alhamdulillah for sure, dapat penguji ujian yang wow. Whatta perfect combination I think. Get out from the tiger's cage then entering a crocodile's pool. Great tandem I think.
As usual, my story isn't that short. And I'll never make that short. Heheh..apa sih ya. Nah minggu ini pula,senin dihubungi bakal ada rapat untuk website di Saphire Hotel sebgai ganti tertundanya rapat di Jakarta pada hari Jumat sebelumnya, karena ada rapat dengan DPR or something like that lah. Oke, ga masalah buatku ga harus pergi ke Jakarta yang super ribet. Ga betah lah lama2 disana. But, akhirnya nggai jadi juga yang di Saphire. Whateverlah, yang penting tugas2 ku selesai, ntar juga ngikut untuk masalah2 kaya gituan. Hemm..karena ga jadi, maka diganti hari kamis kemare, rapat koordinasi web dan datang telat karena hatus ujian, tapi alhamdulillah semuanya lancar.
Untuk ujian, as expected, nggak cukup sekali. Yup berkali-kali, dan sering dibilang fatal, oh my God. Nunggunya lama, dan ya semua terjadilah. Haha..ketika ditanya, " menurutmu kamu lulus nggak? Aku bilang...nggak dok, masih banyak yang kurang." akhirnya ngulang lagi ujian hari berikutnya. Whateverlah, yang penting semua ga sia-sia. Dan Alloh SWT memang Maha deh...sedang galau-galaunya ngulang ujian dan dibilang gagal, tiba-tiba ada getaran handphone tanda ada sms baru. Ku bukalah dengan sedikit lunglai, maklum sedang spinal shock, jadi asal2an aja. Oh, nomer baru, ntar aja deh liatnya. Sudah kubiarkan beberapa lama sambil liat staff priksa pasien. Stelah agak lega coba aku cermati dan whatta....ntahlah nambah kegalauan atau sebagai kabar gembira. Dapat sms dari prof yang sangat ku kenal, dan saat itu sedang berada di Belanda, entahlah ada urusan apa. Isinya sederhanya begini, prof mata dari univ.Groningen, bilang masih ada satu slot untuk kandidat Ph.D baru untuk konsentrasi Glaukoma dan biologi molekular vitreous, dan menawarkannya padaku. Subhanalloh lah, di saat kegalauan melanda, muncul berita ini. Langsung aku bales, tertarik sekali dengan posisi itu, dan diminta untuk ketemuan minggu depan. Hemm, semoga lancar dan terwujud. Alloh memang punya caraNya sendiri yang tak terduga-duga untuk insyaAlloh hamba-hambaNya. 
Pernah, entah kapan, kepikiran pingin banget punya tablet atau sejenisnya lah, untuk mempermudah kerjaan. Heheh...tapi cuma keinginan, jelas ndak punya duit buat beli gituan. Buat makan aja sudah susah nyarinya, harus tabraka-tabrakan waktu kesana kemari. Eh, kantor tempatku bekerja ada tablet Ipad yang relatively nggak terpakai, karena yang make sebelumnya sudah pake laptop mac juga. Ya sudah disuruh dipake dulu aja. Hahaha..walaupun bukan punya sendiri tapi yang penting punya lah ya.... Mungkin sekarang di pinjemi, suatu saat bisa punya sendiri. Heheh.. InsyaAlloh lah ya. 
Minggu ini dari kejadian2 tersebut hikmah yang bisa diambil untuk evaluasi diri, introspeksi diri adalah bahwa hal- hal yang kita alami di dunia ini bukanlah suatu hal yang kebetulan saja. Lebih dari sekedar kebetulan, dibalut dengan doa dan kepercayaan penuh bahwa Dia tidak tidur. Alloh mendengar segala do'a doa kita, dan mengabulkannya dengan caraNya yang akita harus yakin itu adalah hal terbaik untuk kita.
Just do the best, you will get the best and Alloh will give the moooorree best than we can imagine..^^b
Sent from my iPad

Minggu, 04 Maret 2012

Menulis lagi...
Lagi cukup seneng dengerin lagu Someone like you-nya Adele tapi pake yang versi Javier Colon. Bukan bermaksud ikut-ikutan nge-galau sih, cuma memang lagunya cukup enak di dengar.
Cerita lagi ajalah ya, minggu kemarin, hari Selasa kalo nggak salah termasuk hari paling hectic. Bukan apa-apa, tapi hari Senin, hari pertama masuk saraf dan malamnya langsung jaga unit stroke, trus paginya masuk seperti biasa, dan sorenya ada 2 agenda sekaligus, yaitu ngisi training di Ukesma UGM sama ada rapat website pendidikan kedokteran setelahnya (rapat dadakan ini).
Haha, biasalah, hari pertama belum ngerti apa-apa (sampe sekarang sih, :P), nah waktu itu dah bilang aku ga bisa jaga malem karena harus buat presentasi untuk besoknya, tapi apa daya, yang lain pada ga bisa juga, dan dengan agak kesel, akhirnya maulah diriku jaga (kesel karena yang lain alasannya pada nggak jelas). Akhirnya jaga unit stroke, harapannya sih malam ini bakal tenang dan bisa tidur nyenyak, tapi ternyata.....yasudahlah. Pertama ada pasien HHS (kenapa masuk bangsal stroke??), monitor 2 jam (KU dan GDS), okelah ya...enaknya disini kita boleh ngambil keputusan soal terapi dan perawatnya juga enak, sangat kooperatif, jadi malam ketika rresiden sudah tidur. Ikut aja algoritma I pikirku, dan sukses, lumayanlah ya. Eh dini hari masuk pasien baru lagi , oh God, monitor juga ni pasien. Eh ada juga pasien yang produktif sekali mukusnya, bolak balik harus suction. Disela-sela kesibukan itu, aku sempetin deh buat presentasi, yah semaksimal yang aku bisa buat dalam kondisi sperti itu. Akhirnya 90% lah jadi, nanti disempurnakan dibangsal ajalah.
*Tri mempersiapkan presentasi :
1.Jika waktunya cukup, maka buatlah sebaik-baiknya, penuh gambar-gambar interaktif, biar audience ga bosen.
2. Jika waktunya ga cukup, buatlah sebisanya, dan perbanyak diskusi,hohoooo,,,,
(kekacauan dalam presentasi Anda bukan tanggung jawab penulis pokoknya..)
Akhirnya jam setengah empat kurang izin buat absen sore, alhmdllh dapat izin, dan gooo...
(lanjut ntar deh..)

Rabu, 15 Februari 2012

Share lagi : Yok Bermanfaat Bagi Orang Lain ^^


Di suatu sore, di perpustakaan, tiba-tiba telepon genggam-ku bergetar. Oh, ada sms dari mbak pengurus klinik masjid di Jogja. Ku sentuh notifikasinya (touch screen ceritanya), dan muncul pesan ini...
“Assalamualaikum. Dok, mau ngasih tau aja kalau sekarang klinik masjid sudah ada alat untuk tes darah (gula darah, asam urat, dan kolesterol”
                Alhamdulillah, batinku. Alat yang sekian lama direncanakan untuk diadakan sebagai salah satu pelengkap pelayanan kesehatan di klinik. Tak henti-hentinya aku tersenyum dan mengucap syukur atas nikmat itu. Akhirnya masyarakat sekitar tidak harus membayar mahal untuk periksa macem-macem itu.
                Cerita berawal pada bulan Desember 2011 yang lalu, ketika ada pesan dari salah satu kakak angkatanku yang meminta tolong menggantikannya di salah satu klinik masjid di Jogja. Pada waktu itu dibeberkan latar belakang klinik, kenapa kita harus ngisi disana dan macem-macemnya lagi. “Tapi ini klinik sosial dek, gimana?”, katanya. Tanpa banyak alasan, langsung kuterima saja tawaran tersebut. InsyaAlloh berkah, pikirku. Bukannya sombong atau sejenisnya (naudzubillah, semoga Alloh menghindarkanku dari hal demikian), aku memang telah sangat terbiasa dengan kegiatan-kegiatan yang memang berbau pengabdian masyarakat. Bukan apa-apa, hanya mengamalkan salah satu pesan dari Nabi SAW, bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lain.Sederhana tapi memang seperti itulah kenyataannya.
                Klinik ini memang sudah berdiri cukup lama dengan segala jatuh bangunnya. Semangat para pengurusnya hanya sederhana, yaitu selain mengharap ridho Alloh tentunya, mereka bersemangat karena tidak rela masyarakat muslim disana, yang tinggal di sekitar masjid, ketika periksa kesehatan dll harus ke klinik non-muslim (maaf bukan bermaksud untuk musuh-memusuhi) yang memang telah lebih dulu disana. Mereka pikir, kita harus bisa memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat sini, memberikan yang lebih baik dan tentunya tidak harus bergantung pada orang lain. Mereka berpikir, “masak kita tidak bisa, jangan sampai mereka berpikir orang muslim tidak ada dokter”, perkiraanku seperti itu. Sekali lagi ini bukan bermaksud untuk benci-membenci.
                Alhamdulillah, ketika aku masuk, klinik ini sudah cukup established dan salah satu tanggung jawabku tentu untuk membuatnya lebih baik lagi. Sekali lagi, Alhamdulillah, pengurus-pengurus beserta takmir masjid sangat bersemangat juga untuk mengembangkan klinik ini. Apalagi pengurusnya masih muda-muda,(hehehe, jangan berpikir yang tidak-tidak ya !), jadi semakin bersemangat saja. Ibu-ibu pengasuh juga meskipun sudah cukup sepuh, tapi semangatnya luar biasa.
                Klinik ini hanya buka seminggu sekali, yaitu pada hari Minggu pagi, setelah kajian pagi di masjid. Hari Minggu,actually  the only holiday I have but for me it doesn’t matter as long as I can give all I have to help others. Most of patients are geriatrics, as you know they’re very complicated. May be sometime I will write those complicatedness in an article. (lho kok jadi Inggris,:P). Back..back..back...
                Kadang aku ngajak beberapa temen yang bisa bantu disana. Kadang mereka bisa seringnya gak bisa (curcol), ya sudah berarti sendiri lagi, as usual. Malas kadang dan sering muncul, tapi ketika akan bilang “dek, besok libur ya”, itu terasa tak sampai, ketika ingat wajah-wajah pasien disana. Pernah pas lagi pulang ke rumah,sesuatu yang jarang akulakukan, parah, bilang ke ibu, “buk, aku besok harus ke klinik mruput (pagi sekali.red), tapi aku males,capek banget buk tapi nggak tegel (tega.red) je  ”, ibuku dengan tenang menjawab “yasudah nggak apa-apa, insyaAlloh kalo diniatin ibadah bakal dimudahkan, insyAlloh”. Jawaban yang menenangkan walaupun aku sudah tahu teori itu, tapi ketika mendengar dari orang lain, dinasihatkan kepada kita, apalagi ibu, bakal sangat melegakan dan menenangkan.
                Yup, sekelumit cerita untuk aku share di blog ini, sengaja tidak aku publish kemacem-macem seperi facebook/twitter/lain-lain, takut menjadi riya’, takabur dan penyakit-penyakit hati yang lain. Biarlah yang membaca adalah orang-orang yang nyasar di blog-ku saja..hehehe....semangat2..jangan pernah berhenti untuk bermanfaat bagi orang lain, insyaAlloh menjadi ibadah bagi kita.^^

Rabu, 08 Februari 2012

Share ^^

Sekedar ingin menulis. 
Alhamdulillah, sudah setengah jalan periode rotasi klinik ini. Rasanya sudah Februari aja, tak terasa (bohong.red..kerasa banget tau) tinggal beberapa bulang lagi (beberapa???) bakalan selesai. InsyaAlloh. November 2012 ini, jika lancar, adalah akhir semua stase. Kalau sesuai rencana akan ditutup dengan indah (whatss??..Indah??) olehh stase pediatrik. Luar biasa, ter-setting mencapai klimaksnya distase terakhir.
Awal tahun 2012 menjadi awal yang buatku cukup luar biasa. Banyak hal yang terjadi dan dimulai. Di awal tahun inilah, mantap aku katakan bahwa periode rotasi klinik akan sangat sayang terlewatkan tanpa mencapai hal-hal lain. Dalam artian, periode ini bukan berarti kemudian dijadikan alasan untuk tidak berkarya, tidak aktif dalam hal -hal lain. Sumpah, sayang banget.
Memang tak bisa dipungkiri, ketika memasuki periode ini bakalan ada kesibukan yang bisa dikatakan jauh lebih banyak dibandingkan dengan dulu waktu masih kuliah S1. Pasti itu. Jadwal jagalah, refkas-lah, tutorial-lah, nunggu konsulen lah, itu adalah hal-hal yang membuat rutinitas koas menjadi semakin gaul (baca.padat.red). Akan tetapi, menurutku, itu bukan menjadi alasan untuk tidak berkarya atau aktif di bidang lainnya tanpa mengorbankan kewajiban utama kita untuk menyelesaikan pendidikan ini.
Awal tahun 2012, aku memutuskan untuk bergabung dengan Pusat Pelayanan Manajemen Kesehatan FK UGM. Bergabung menjadi editor dan PJ untuk salah satu website-nya. Lumayan, untuk menambah koneksi, pengalaman, pengetahuan dan tentu saja pemasukan. Padahal ketika akan mendaftar sempat was-was karena spesifikasi yang disyaratkan adalah dokter fresh-graduated. Saya yang termasuk masih unyu-unyu ini nekat saja daftar dan gooll. Gak tahu kan kalau tidak dicoba.
Awal tahun 2012 ini, kembali mengaktifkan diri di salah satu majalah fakultas. Setelah hampir 1 semester menghilang, akhirnya muncul lagi. Dan memang termasuk orang yang dicari (baca.dikangenin.red), hehehe.. astaghfirulloh. Dan, akhirnya sayapun menulis lagi.
Awal tahun 2012 ini, beberapa job juga menghampiri. Kemaren sempet menjadi moderator dalam acara bedah buku-nya dr. Jose Rizal, di UNY, membantu klinik kesehatan masjid tiap hari Minggu, mengisi training di salah satu organisasi di kampus (aneh ini) dan beberapa kegiatan lainnya.
Sekilas memang kelihatan berat kalau dipikirkan dengan berat dan rumit. Namun, jika dipikir dan di set di dalam otak kita semua itu mudah, ya bakalan jadi mudah. Bukan teori, tapi sudah saya buktikan berkali-kali.  
Hikmah yang saya ambil adalah bahwa jika dicermati betul, kita banyak banget memiliki waktu dan kesempatan untuk bekerja lebih dan berkarya lebih. Tak terbatas. Justru seringkali diri kitalah yang memberi batasan dari hal yang sesungguhnya tak terbatas itu. Justru seingkali diri kital sendirilah yang memunculkan berbagai alasan untuk stay pada zona nyaman kita, memunculkan berbagai alasan untuk tidak melakukan apa-apa.
Sering, saya ditegur oleh beberapa orang terdekat saya,"Heh, kamu kok berani-beraninya kerja ini, kerja itu. Memang koas-mu nganggur banget apa?", atau yang lain " Nggak apa-apa dek kamu ambil proyek ini?, koasnya bakal keganggu nggak?" atau "Wah, parah ente, nggak capek?" dan beberapa pertanyaan dengan nada yang hampir sama. Saya katakan bahwa, saya bisa. Tanya saja ke teman-teman sekelompok saya, apakah saya meninggalkan tugas-tugas saya, atau saya hanya sekedar lewat saja di setiap stasenya?
Kesempatan dan waktu itu bukanlah hal yang saklek, kesempatan dan waktu itu dinamis, bisa kita atur (jika kita mau). Sering kita bilang,"Duh, ga ada waktu ni untuk ngerjain ini!!". Akan tetapi yang sebenar-benarnya adalah kita tidak mengalokasikan waktu kita untuk itu. Jika kita alokasikan tentu kerjaan itu bisa rampung kita kerjakan.
Sekali lagi, jangan sampai masa muda kita hanya terlewat begitu saja tanpa ada karya atau apapun yang bisa kita hasilkan. Jangan berpuas pada satu hal, karena ibaratnya setiap kita mancing dan mendapatkan satu atau dua ikan, ingatlah masih ada jutaan ikan bahkan yang lebih besar yang menanti untuk kita pancing. Gak nyambung tetapi masih oke-lah..^^...dan satu lagi yang selalu saya ulang-ulang dan mungkin kasarannya menjadi salah satu dzikir tiap hari saya, yaitu sambil menyelam minum air, kalau ada ikan tangkap, kalu dapat   emas atau mutiara ambil juga...manfaatkan waktu dan kesempatan sebaik mungkin..

Senin, 23 Januari 2012

Izrail Ada Di Sampingku

Tik.tik.gemeretak jarum jam tangan mengalun malam ini. Bercampur dengan suara bip-bip-bip monitor jantung bagaikan simfoni kacau malam itu. Simfoni yang diperparah dengan suara serak dan sesak tubuh yang terbujur lemah dalam kamar luas berisi belasan tubuh dalam kondisi yang setali tiga uang.Entahlah, suara apalagi yang bakal muncul.
            Malam ini menjadi hari terakhirku jaga malam di bangsal ICCU. Tak ada firasat apapun, tak ada pertanda apapun. Malam ini semua terasa sama seperti biasanya. Baru dua jam setelah aku operan jaga dengan teman sekelompokku tapi malam ini terasa lama sekali. Sepi. Bolak-balik kutengok jam tangan hitam kecilku dan berharap segera selesai tugas jagaku. Namun, seakan jarum detik ini hanya berputar-putar tanpa diikuti putaran jarum menit apalagi jam.
            Waktu coba kupercepat dengan membolak-balik status rekam medis yang tergeletak rapi dibawah kolong meja perawat. Mencoba mengikuti kata senior-seniorku untuk belajar dari pasien, ku baca-baca status itu.Satu demi satu kubuka dan coba menulis template untuk follow up pasien besok. Duh kok jelek semua, pikirku. Jelek kuartikan sebagai pasien yang prognosis membaiknya minimal atau bahkan tidak ada. Mendekati ajal lah mudahnya. Kucoba untuk berharap semoga besok semua pasien dalam keadaan baik sehingga tidak merepotkanku waktu followup dan laporan esok paginya.
            Kulihat kembali jam tanganku, dan masih sama. Lama. Semua status  telah selesai aku tulis. Kucoba pelajari kembali status satu demi satu. Jedug, aww. Kepalaku terbentur meja. Tak sadar berat mata ini untuk tetap terjaga. Kucoba berjalan supaya saraf simpatisku terangsang sehingga bisa melek lagi. Berhasil, tapi hanya bertahan beberapa menit. Owh tidak, perawat semua juga sudah tidur,kalo aku tidur siapa yang jaga, pasien jelek begini,bisikku. Keterbatasan orang dalam kelompokku membuat kami harus berjaga sendirian saja supaya bisa istirahat esok paginya. Ah, coba aku keliling lihat pasien.
            Pasien bed 1, Bapak Hendrawan namanya. Beliau adalah seorang manajer di sebuah bank ternama. Sekarang terbujur tak tersadar di bed ini. Tadi siang sempat terjadi VT kata temanku saat operan tadi. Duh, jantung. Padahal kemarin sudah membaik dan bahkan bisa mengobrol denganku kemarin. Semoga membaik, doaku.
            Bed 2, Ibu Jamilah, penghuni lama. Punya penyakit jantung juga. Baik beliau orangnya, sampai kadang tak habis pikir kenapa orang sebaik beliau bisa terkena penyakit ini. Sesak kulihat nafasnya, dan benar, “ronkhi basah basal positif,duh edema paru. Sudah siberi ekstra diuretik tapi lambat progresnya”.
            Kulanjutkan langkahku ke bed 3 dan seterusnya sampai bed 15 sudah aku sambangi semuanya. Jelek, kesimpulanku berdasarkan data objektif yang aku punya. Huft, semoga semuanya besok membaik. Kembali aku berjalan menuju nurse station yang juga merupakan tempat tidurku nanti.
            Kurapikan kembali buku-buku tebalku. Kukembalikan rekam medis pasien di rak-rak tua dekat meja. Sambil memastikan semua aman, kulepas jas putih kumalku, kulipat rapi dan kutaruh dimeja. Kuletakkan dengan nyaman kepalaku dilipatan jas putihku. Merapal doa sebelum tidur dan kutambah doa agar pasienku sehat semua. Mataku pun mulai terpejam. Ups,lupa, set alarm untuk besok pagi. Jangan sampai keduluan perawat bangunnya. Sambil duduk dan berbantalkan jas, kucoba menutup kembali kelopak mataku. Dan tertidur.
            Beep..beep..beep..Ya Alloh suara darimana itu. Terhentak dari tidurku kupakai kembali jasku dan kucari arah suara itu.Bapak Hendrawn, batinku. Kulihat monitor, VT! Kudekati badan lemah di bed 1, “apnea dan no pulses!” Segera aku lari menuju ruang residen, ku ketuk pintu kamar tersebut. Bodo lah, mau dimarahi atau apa, berkali-kali ku ketuk pintu kamar itu. Dok, Apnea-VT bed 1, teriakku. Terbuka pintu dan tampak  dr.Andi, dokter jaga malam itu, langsung menyambar jas putihnya, kemudian bergegas. “Dek bangunkan perawat juga”,pintanya. Okelah.
            Lanjut ku lari ke kamar perawat yang masih agak gelap. “Mas, bangun mas. Apnea!, “teriakku. Kudengar suara mengiyakan dari balik pintu. Langsung bergegas ku ambil NRM dari lemari dan lari ke arah dr.Andi yang dengan cekatannya meng-RJP pasien. “Dek, gantian. Aku mau siapkan injeksinya !”, langsung kegantikan beliau melanjutkan RJP-nya.
            Ayolah, nafas pak. Terlihat wajah Pak Hendrawan, pucat, belum menunjukkan adanya perbaikan. Kulanjutkan RJP-ku, sambil melihat semua yang disana sibuk untuk memberitahu keluarga, menyiapkan macem-macemnya. Kulihat dr.Andi masukin ini dan itu lewat jalur IV pak hendrawan. Bodo lah apa itu, lupa nanya, yang penting kuteruskan pijat jantungku. Kulihat monitor, masih saja VT. Ya Alloh, beri kemudahan. Kulafadzkan dzikir sambil terus tangan ini bekerja.
            Di ambang kematian, pikirku. Mungkin saat ini Izrail tepat ada disampingku sambil menunggu waktu yang telah ditentukan. Mungkin saja, saat itu bukan pak hendrawan yang akan diambil ruhnya melainkan aku.Oh, aku belum siap. Kulanjutkan pekerjaanku sampai tak terasa sudah pegal semua badan ini. Kulihat wajah dr.Andi, tampaknya dia mengerti keadaanku.Sudah cukup lama kami bergantian memijat jantung pak Hendrawan. DC shock, alat yang kami butuhkan saat itu sedang rusak. Ironi memang, di dalam rumah sakit yang cukup besar ini alat penting seperti itu tidak bisa digunakan. Huft, apakah rumah sakit daerah selalu seperti ini?,bisikku. Lelah sudah aku, begitupun beliau. Dan yaps, sudah. Malaikat Izrail telah melakukan tugasnya. Cek pupil, midriasi penuh. Innalillahi wainna ilaihi raji’uun.
To be continued...