Selasa, 22 Februari 2011

doeng..doeng

Bismillah,,,,
Sebelumnya,tulisan ini aku tulis disela-sela kebosananku membaca dan menghafal sekaligus mempraktekkan (klo pas ga ada orang) check list OSCE Compre yang bentar lagi bakal aku jalani. Aku sangat ingin bisa lulus di gelombang pertama ini, bukan apa-apa, aku hanya ingin membahagiakan my dad and my mom.
Hemm, entahlah, entah apa lagi ini. Rasa yang sebelumnya pernah aku alami. Mengisi waktu-waktu ku dengan impian-impian nan indah yang sangat ingin aku wujudkan. Rasa yang membuatku menjadi sangat bersemangat meraih segalanya. Rasa yang bisa membuat setiap hembus nafasku menjadi sesuatu yang bisa memacu hormon endorfin dari otakku. Rasa yang entahlah, tidak bisa ku gambarkan dengan kata-kata...
Entahlah, entah apa lagi ini. Rasa yang dulu sempat membuatku sangat bimbang tentang keadaanku. Rasa yang membuatku galau tentang apa yang aku jalani. Rasa yang membuatku merasa sedih dan merasa bahwa aku tak pantas merasakan rasa ini, saat ini. Rasa yang membuatku merasa bersalah dan aku yakin aku salah.
Aku merasakan rasa itu lagi...aaaaaaaaarrrrrrrrrrrrrrrrgggggghhhhhhhhh...

Jumat, 11 Februari 2011

Hanya Bernostalgia Kehidupan Waktu Masih Muda

Judulnya seperti seolah-olah (ga efektif banget bahasanya) penulis sudah tua padahal masih tergolong remaja lho..huaa labilll #abaikan
Yups,ini hanya sebuah nostalgia kecil ketika masih berstatus santri di suatu pondok pesantren kecil di Magelang sana. Alhamdulillah, sempat mengenyam pendidikan pesantren selama tiga tahun meskipun tidak soleh-soleh amat. Hahaha,,,santri nakal mungkin lebih tepatnya.
Seperti di pesantren-pesantren yang lain, kami disana belajar buaaaanyyyakk banget. Kitab-kitab fikih, aqidah, tajwid, nahwu dll menjadi makanan sehari-hari. Namun, tidak hanya hal itu. Banyak kisah menarik yang lucu aja untuk diingat dan di-remember kembali (iki opoooo jane).
Cerita 1
Ada bapak-bapak yang sering ngantar air minum ke pondok, namanya Pak Medi. Nah ini selalu ditunggu kehadirannya oleh anak-anak pesantren. Cerek kecil yang menghidupi. Hahaha..karena klo gak ada itu, kami gak minum deh. Kadang yang dibawa tuh airnya masih panas,biasanya kan langsung pada minum dari "cucuk"-nya itu, huaaa,,karena gak tau sering kebakar tu lidah. Parah santri kok grusah-grusuh (biarin :P).
Cerita 2
Nah tau gak, 1 kamar berukuran 3x3 bisa ditempati lebih dari 5 orang..haha..bener2 sempit. Tapi bukannya gak ada kamar, tapi pada cari kamar yang nyaman,hangat dan bersih. hauaua..kamarku termasuk kamar yang bersih dan hangat coz lantainya katu dan dilantai 2. Nah ,sebab tu kamar ku selalu penuh orang tiap maleeeemmm..parah,gak bisa gerak.
Cerita 3
Nah masih soal tidur2 ini. Bantal adalah barang berharga di pesantrenku. Nah apa kalian pernah tau bantal kayu? Bukan yang kaya film-fil di Cina tapi bener2 murni hasil kreatifitas (karena gak ada yang empuk) anak2 pesantren (tapi jelas bukan aku). Nah bentuknya itu balok berukuran 30x10x10 cm. Nah kemudian ditengahnya dibuat lengkungan atau bahasa jawanya "didhekok" sesuai dengan bantuk kepala. Jadi ntar bentuknya kaya gagang telfon gitu. Walaupun keras dan aneh tapi cukup nyaman dan jadi rebutan..hahaha..
Cerita 4
Terus ada barang lagi yang jadi primadona juga. Nah ini adalah kursi santai tanpa kaki yang langsung bersatu dengan meja. Ini dulu dipakai pak kyai tapi karena udah rusak dan sayag klo dibuang,ya sudah,dipake oleh anak-anak. Tuh busanya udah jebol kemana-mana,tapi tetep nyaman sebagai tempat belajar dan ngerjain tugas2 sekolah.
(bersambung lah..capek)

Minggu, 06 Februari 2011

Badan Koordinasi Pendidikan (Bakordik) Fakultas Kedokteran UGM – RSUP Dr.Sardjito


Badan Koordinasi Pendidikan (Bakordik) lahir dari sebuah kesadaran bahwa ada permasalahan pendidikan kesehatan terutama pendidikan dokter umum dan dokter spesialis yang perlu segera dicarikan solusinya. Tuntutan pemenuhan standar kompetensi dokter umum maupun dokter spesialis menjadi salah satu alasan utama dibentuknya Bakordik ini.

Bakordik merupakan suatu kesepakatan antara Kementerian Kesehatan dengan beberapa rektor universitas diIndonesia yang memiliki fakultas kedokteran yaitu Universitas Indoensia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Hasanuddin (UNHAS) tentang rumah sakit pendidikan. Tidak bisa dipungkiri bahwa keterbatasan dalam kapasitas dan ketidakjelasan wewenang siswa (KoAs dan residen) sering terjadi pada hampir semua rumah sakit pendidikan yang ada di Indonesia. Keterbatasan yang berarti jumlah pasien dan kasus yang ada tidak sebanding dengan jumlah siswa baik KoAs maupun Residen yang ada di rumah sakit pendidikan tersebut. Overcrowded-pun tidak bisa dihindari, yang tentunya akan menghambat proses pendidikan dan pengajaran di rumah sakit pendidikan.

Bakordik yang dibentuk sejak 3 Juni 2010 ini merupakan suatu kerja bersama antara Fakultas Kedokteran UGM dengan RSUP Dr.Sardjito. Di ketuai oleh dr. Sigit Priohutomo, MPH sebagai Direktur SDM dan Pendidikan RSUP dr. Sardjito, Bakordik ini merupakan salah satu bakordikpertama yang ada di Indonesia. Karena memang belum ada petunjuk khusus dari pusat tetnang bagaimana bentuk dan alur koordinasi Bakordik ini maka sampai saat ini masih dalam tahap pencarian bentuk yang tapat dan sesuai sambil mengerjakan agenda-agenda mendesak yang harus diselesaikan oleh Bakordik ini.

Bakordik yang di-launching pada tanggal 22 Juli 2010 ini sudah melaksanakan rapat perdana pada tanggal 26 Juli 2010 dengan agenda inventarisasi permasalahan dan kerja-kerja yang harus diselesaikan untuk mengoptimalkan fungsi Bakordik ini.

Agenda dan kesepakatan yang sudah terbentuk ini antara lain disepakati adanya pertemuan rutin tiap bulan sebagari sarana koordinasi dan controlling program, pembuatan standar pendidikan klinis di rumah sakit baik untuk KoAs maupun Residen, membuat daftar kewenangan klinis seorang KoAs dan Residen secara terintegrasi dalam mencapai standar kompetensi yang disyaratkan,tools indikasi tercapainya standar kompetensi bagi KoAs dan Residen, agenda pembentukan dokter pendidik klinis dan dosen pembimbing klinis dan pengefektifan hubungan koordinasi antara SMF dengan Bagian serta koordinasi terkait penyediaan sarana dan prasarana pendidikan klinis maupun preklinis. “Ternyata banyak juga ya kerjaan kita kalau di-list “,tukas dokter Sigit setengah berkelakar.

“Idealnya setiap universitas yang memiliki fakultas kedokteran harus memiliki rumah sakit pendidikan sendiri dan memiliki Bakordik masing-masing. Karena apa? Karena peran Bakordik sendiri sangatlah vital untuk menata dan mengorganisasi jalannya proses pendidikan yang kompleks ini dan bagi yang belum punya atau kesulitan maka pemerintah wajib untuk membantu dan memfasilitasi”tambah dr.Sigit.

Dalam waktu dekat ini prioritas kerja dari Bakordik FK UGM-RSUP Dr.Sardjito ini adalah membuat protap atau standar mekanisme pendidikan bagi KoAs dan Residen. Hal ini penting untuk bisa memenuhi kompetensi mereka kelak ketika sudah lulus dan menjadi dokter umum maupun dokter spesialis. Termasuk juga mekanisme bagaimana mengawasi sistem itu berjalan sebagaimana mestinya dan semua dokter pendidik atau dosen pengajar sudah terstandardisasi.

Harapannya ke depan Bakordik ini mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan terkait pendidikan dokter umum-dokter spesialis dan hal-hal yang terkait di dalamnya. Dan kalau memungkinkan kita juga akan melibatkan anak didik (KoAs dan Residen) untuk berpartisipasi dalam Bakordik ini. Selain itu juga harapannya rumah sakit jejaring yang sudah tipe B seperti RSUP Klaten bisa ikut bergabung dalam Bakordik ini sehingga proses rotasi klinik bisa menjadi lebih mudah. (MFK)