Cerita-cerita tentang pengalaman dan tumpahan pikiran yang mungkin berguna. Sengaja tidak dipublikasikan, tapi kalau ada yang nyasar ya, salam kenal ^^..semoga bermanfaat. (since 25 Juli 2010)
Selasa, 28 Desember 2010
Minggu, 26 Desember 2010
Sabtu yang mengesankan...
Kamis, 23 Desember 2010
Nostalgia..(ckck..judulnya)
Rabu, 22 Desember 2010
Aku Kembali Menulis ^^
Senin, 29 November 2010
Hanya ingin menjaga hati
Aku menyebutnya "Jalan Cinta Para Pejuang" part end
Sabtu, 30 Oktober 2010
Aku menyebutnya "Jalan Cinta Para Pejuang" part 1
Senin, 25 Oktober 2010
Keputusan..
Minggu, 24 Oktober 2010
The Milk of Kindness
Paid In Full With One Glass of Milk
One day, a poor boy who was selling goods from door to door to pay his way through school, found he had only one dime left, and he was hungry.
He decided he would ask for a meal at the next house. However, he lost his nerve when a lovely young woman opened the door. Instead of a meal, he asked for a drink of water. She thought he looked hungry so she brought him a large glass of milk. He drank it slowly, and then asked, "How much do I owe you?" "You don't owe me anything," she replied. "Mother has taught us never to accept pay for a kindness." He said... "Then I thank you from my heart."
As this boy, Howard Kelly, left that house, he not only felt stronger physically, but his faith in God and man was stronger also. Until that moment, he had been ready to give up and quit.
Many years later that young woman became critically ill. The local doctors were baffled. They finally sent her to the big city, where they called in specialists to study her rare disease. Howard Kelly, who was now a doctor, was called in for the consultation. When he heard the name of the town she came from, a strange light filled his eyes. Immediately he rose and went down the hall to the hospital room. Dressed in his doctor's gown he went in to see her. He recognized her at once. He went back to the consultation room determined to do his best to save her life. From that day, he gave special attention to the case. After a long struggle, the battle was won.
Dr. Kelly requested the business office to pass the final bill to him for approval. He looked at it, then wrote something on the edge and the bill was sent to her room. She feared to open it, for she was sure it would take the rest of her life to pay for it all. Finally she looked, and something caught her attention on the side of the bill. She read these words... "Paid in full with one glass of milk."
Signed, Dr. Howard Kelly. Tears of joy flooded her eyes as her happy heart prayed: "Thank You, God, that Your love has spread abroad through human hearts and hands."
Dr. Howard Kelly was a distinguished physician who, in 1895, founded the Johns Hopkins Division of Gynecologic Oncology at Johns Hopkins University. According to Dr. Kelly's biographer, Audrey Davis, the doctor was on a walking trip through Northern Pennsylvania one spring day when he stopped by a farm house for a drink of water.
Many thanks to Andrew Harrison, the Processing Archivist and Fine Arts Coordinator for the Johns Hopkins Medical Institutions, for help with this story.
Kamis, 21 Oktober 2010
Hikmah Pagi...
SMS dari beliau..
Rabu, 20 Oktober 2010
Akan membuat blog SATU lagi..
Senin, 18 Oktober 2010
SERIUS MODE : on
Hari yang aneh...
Tok tok tok...permisi..Bang Mush ada?
(zzzzzz...zzz....ga jelasss)...
Subhanalloh, hari Senin 18 Oktober 2010 menjadi hari yang cukup berkesan buatku.
Minggu, 17 Oktober 2010
no title..
Stay strong, stay strong, and stay strong
You are truly different with someone who i know several months ago..better,better and better..
never have any titled for this untitled writing
Sabtu, 16 Oktober 2010
Dunnowhattodo
Kamis, 14 Oktober 2010
Senyum Bumi Kembali
Setelah dua tahun menikah. Akhirnya ada juga yang memanggilku ayah. Kalau orang bilang keluarga tidak sempurna tanpa ada si kecil. Sejak awal menikah dengan Malika istriku, sudah ku bilang. “Jangan pakai KB ya..?? Sudah rindu aku suara bayi dan bau ompolnya.” Dan untung saja istriku yang penyabarnya nomor satu itu, mengangguk manis setuju. Luar dalam aku mencoba menyiapkan semuanya. Setelah dua desember sejak akad aku sampaikan, Allah melahirkan Bumi. Anakku.
Aku sepakat dengan -meski sedikit memaksa- istriku memberi nama Bumi. Aku kadung suka dengan nama itu. susah payah aku yakinkan Malika menyingkirkan nama-nama islami, jawa, indonesia, atau bahkan barat. Dan hanya ku pilih Bumi. Aku ingin mencintai Bumi seperti aku mencitai bumi. Bumi yang menumbuhkan bulir rizki bagi petani, bagi Bapakku. Bumilah yang menyemai biji padi untuk siap dikebiri menjadi nasi kami. Kami- kedelapan anak bapakku- makan dan besar dari buahnya bumi. Mulai dari jagung, yang sesekali menjadi pengganti nasi saat musim kemarau panjang. Ubi, singkong dan jenis umbi lainnya kerap ibuku jadikan camilan pengganti krip- krip atau snack toko, yang hingga ngiler kami kepingin. Bumilah yang mengantarkan delapan anak bumi, menjadi ayah kembali. Seperti aku kini menjadi ayah Bumi.
Malika, istriku kesakitan menahan keluarnya jabang bayi yang sembilan bulan diperutnya. Bunyi sms ibuku membuatku langsung mengemasi kertas koreksi di kelas. Aku pulang sebelum bel pulang selesai. –Istrimu mau melahirkan. Ibu bawa ke rumah sakit- aku sepertinya lebih khawatir dari pada istriku. Ku naik motor dengan campuran semua perasaan, sedih, bahagia dan gelisah. Menjadi bubur tercampur satu. Ku genggam tangannya erat seperti saat pertama ku pinta ia menjadi istri. Setiap kali ia mengejan, ngilu menyatu dalam kedua belah pahaku. Ibuku dengan tegar meski sesekali mengusap air mata, mencoba menabahkan Malika. Dua jam bergumul dengan pesakitan, istriku lega setelah sebuah nyawa baru saja ia lahirkan. Nyawa yang akan menyumbang gas pemanas bumi dan menambah sesak kota tentunya.Terbata adzan dan iqomat, bergantian dari kuping kanan dan kiri. Mengawali kakinya melangkah mengaji. Mengubah nasib ayahnya yang buta akan akasara para nabi.
Malika bersikeras memberinya susu hingga Bumi, minimal enam bulan. “Mas, ini ASI ekslusif. Malika mau jadi ibu yang 100%”. Sejak itu Malika dengan teliti menjelaskan manfaat ASI bagi Bumi. Lelaki sepertiku pun seharusnya tahu, begitu Malika bilang. Teman- teman guruku sering berkelekar bertanya. Dengan bangga ku jawab:
“Malika menjaganya dengan sempurna. Malika memberinya ASI eksklusif”, seolah aku sudah paham betul. Aku ceramahi mereka dengan jengkalnya pengetahuanku dari Malika. Hingga aku oleh kawan- kawanku dijuluki duta ASI….. itu semua untukmu Bumi. Bumiku sayang, Ayah tak ingin kau malang seperti bumi sekarang.
Setiap malam, selepas aku menyujudkan kening. Bumi dan Malika, mengaji mentadaburi ayat suci. Aku membaca beberapa lembar juz amma yang lebih sering kubaca adalah huruf latinnya. Hatiku kagum dan bahagia, Bumi kecilku yang masih belia sudah fasih melafadzkan alif, ba, ta hingga ya dalam ayat quran. Malika dengan baju kurung lengkap dan alquran maharku, melantunkan gending paling mendamaikan itu. Suara Malika, yang selalu ku dengar dari lorong kelas kuliah. Membayangkan suara itu yang kelak akan menutup doaku dengan amiin merdunya.
Hanya Malika-gadis manis berbalut jilbab warna biru telur bebek- membuatku ingin segera bersanding suami istri. Wanita yang kucari tak perlu secantik selebriti, tak perlu semanis pelayan hotel, namun cukup mampu mengajari anakku membaca alquran. Sejak kecil aku tidak pernah belajar mengaji dari bapak dan ibuku. Anakku harus yang pertama mendapatkan ilmu dari ibunya. Ya Malika yang kupinang.
Malika istrikulah yang mengajari Bumi sembahyang. Menggajarinya membasuh kaki saat berwudhu. Menuntun telunjuknya mengacungkan esanya Tuhan kami. Bukan aku Ayahnya. Ayahnya hanya bisa manggut- manggut saat Bumi kecilku pamer doa barunya. Aku hanya sesekali mengajarinya membaca arti doanya. Sedalam apa doa itu masuk dalam dadanya.
“Ayah coba dengar Bumi berdoa Allahuma firli waliwalidayya warhamhuma kama robbayani shogiro”,
“Ya Allah, ampunilah dosaku dan doa Ayah Ibuku. Sayangilah mereka seperti mereka meyayangiku sewaktu kecil”, aku hanya bisa menimpalinya dengan arti yang ku tahu dari Malika. Bumi akan selalu mendoakan aku dan Malika, agar disayang Allah.
Bumi yang masih tiga tahun itu memohonkan ampun ayah dan ibunya. Aku dan semua anak Bapak minim sekali dengan doa- doa. Biarpun masjid tak terlalu jauh, dan madrasah diniyah ramai setiap sore hingga menjelang maghrib. Bapak tidak mau anaknya berlama- lama di sana. Lima sore seminggu kami mendapatkan les. Maklum kalau bertiga-kelima kakakku sudah keluar kota merantau kerja- les bersama akan lebih murah. Aku dan dua adik bungsuku les bahasa inggris, dan les macam- macam. Terlebih kalau masa ujian datang, dari pagi sampai petang kami didudukkan di ruang tengah menghadap soal dan buku dekstat. Ngaji kami hanya dua kali seminggu. Akibatnya kami ketinggalan dengan kawan sebayaku. Nilai mengajiku tak jauh- jauh dari enam. Aku tak ingin Bumi seperti aku, ayahnya.
Semua cintaku dan Malika, bertumpu pada Bumi. Saat ada training guru ke luar kota. Bumi kuajak bersama. Meski lebih sering Malika pun ada. Semarang dan indahnya kota lama. Salatiga hingga yang paling jauh adalah ke Jakarta. Saat ayahnya memenangkan lomba sastra guru. Malika dan Bumi bersama melihat bagaimana itu kota Jakarta. Kota yang menjadi primadona Indonesia. Banyak warga kompleksku yang mengadu nasib di Jakarta, mencari peluang mendapatkan rejeki. Semua kakakku dulu sering sekali merantau ke Batavia ini. Bumi dan Malika tidur di hotel. Meski kata peserta lain ini hanya hotel biasa, bukan istimewa. Bagi kami, terlebih aku yang seumur- umur baru sekali lewat lobi hotel. Ini adalah hal yang hebat. Bumi kecilku yang berumur 4 tahun, tak akan minder kelak waktu besar. “Kami sekeluarga pernah tidur di hotel”.
Kini Bumi sudah enam tahun. Masih taman kanak- kanak memang. Namun sudah banyak yang ia bisa. Mengajinya sudah lancar. Bahkan Malika mengajarinya menghafal alquran. Surat- surat pendek ia kuasai. Membaca beberapa buku anak- anak. Aku sering membelikannya majalah anak- anak, cerita dongeng dan beberapa kisah Nabi. Bumi suka membacanya sendiri. Aku dan Malika beberapa kali mendongengkannya untuk Bumi.
“Mas, gimana?”, Malika bertanya. Sejak seminggu lalu Bumi membuat kami bingung.
“Malika, jangan dituruti Bumi kali ini”. Bumi minta dibelikan tut-tut… Bumi menyebut hape dengan tut..tut.. Dia ingin seperti teman sebayanya yang asyik memainkan kamera dan game di hape.
“Tapi, Mas… Bumi kan belum paham alasan kita”
Aku sendiri tidak ingin Bumi sedih, karena merasa tersisih dari kawan- kawan berhapenya. Ayahnya yang sejak kecil menjadi orang terakhir sejak kecil. Untuk beli jam tangan saja harus nunggu setahun, dan model itu sudah tak layak pakai kembali. Pengen kaos ska, yang trend masa itu harus menelan ludah saat semua sebaya sudah mulai beralih ke model selanjutnya. Aku tak ingin Bumi menjadi orang yang kesekian. Bumi harus mendapat hak kebahagiannya, agar semua selesai dengan bahagia.
Hatiku tak boleh berbohong. Matahari beriringan bulan setiap hari. Detik berimpit menjadi menit. Menit berkawan jam. Jam-jam kantor tak mau kendor. Semua berjalan seyogyanya. Dan aku, ayah Bumi, istri Malika, seorang guru SMA saja tak mau kotoran masuk dalam pikiran anakku. Kalau Malika kata “Kita harus melindungi keluarga dan diri kita dari api neraka”.
Aku tak apa dengan harga hape. Gajiku sebulan sudah cukup makan, belanja, beli baju, dan investasi. Sejak aturan tentang guru berubah beberapa tahun lalu, gajiku bertambah sekian rupiah. Belum lagi Malika, yang menjadi teller bank. Kami cukup. Untuk sekedar membeli hape untuk Bumi yang ada musik, kamera dan game. Itu mudah sekali. Selesai dari sekolah, aku mampir di toko hape, kupilih, ku berikan uangnya dan Bumi kembali tersenyum.
Bukan itu!!!
Takut Bumi menjadi korban teknologi. Aku takut Bumi korban pornografi yang marak lewat hape. Usia dan agamanya tak cukup menjadi pembela. Dia masih belia, balighpun belum sampai. Aku tak mau Bumiku hancur sebelum ia dewasa berfikirnya. Bumiku tak boleh kena kotornya teknologi. Biarlah bumi yang kuinjak setiap hari yang kotor, namun Bumi anakku dari Malika harus steril dari itu semua. Aku yang akan menjaganya hingga dirinya sendiri mampu berdiri di atas bumi. Malika setuju dengan itu, dasar agama dan moral menjadi hal yang utama bagi kami berdua. Dan Bumi kecilku, harus tetap tersenyum seperti sinar mentari ke bumi saban hari.
Mendung menggantung diatas taman kota. Ada kejutan untuk Bumi. Semua akan selesai hari ini. Bumi harus segera tersenyum. Malika sudah protes. “Belikan saja Mas. Bumi ngambek nggak mau belajar”.
“Bumi, bahagialah kau dengan ini”, Bumi hanya kubelikan game watch. Pengganti hape yang ia ingini.
Derit pintu dibuka bersuara. Malika dengan jilbab biru melilit disanggul kepalanya, mengucap salam. Bumi menghampiri Malika, “Mama, Bumi sudah punya tut-tut untuk main game”
“Mama lihat sini”, Malika lega setelah kode kedipan dan anggukan aku lempar ke Malika.
“Wah hebat… “
Bumi kembali tersenyum gembira. Maafkan ayah Bumi. Kelak kau akan paham semua ini. Bumi ayah ingiin kau tetap tersenyum. Senyum bersih tanpa dosa.
“Mas Fajar, sudah mau hujan. Lihat Langit tidak??”, Malika gadis yang belum sama sekali menjadi istriku mengagetkan lamunanku menulis cerita ini.
Ku tengak tengok kanan- kiri dan Langit-adik Malika- sibuk memainkan tut-tutnya untuk main game sumo. Aku tetap sayang bumi.
Gunung Batin, Oktober 2010
***
Terinspirasi dari note : Fajar Sofyantoro “Iseng tentang nama” di FB.
Senin, 11 Oktober 2010
Apa ya...
Ihhh...pengen ada waktu untuk sekedar sendiri tanpa gangguan apa-apa..
Minggu, 10 Oktober 2010
Lagi..Lagi..Lagi
Bang Mush, Kamal, Mush2, Mumus, Tofa, (pernah dipanggil Alex..sialan tu anak)..itulah beberapa nickname-ku, terserahlah mau dipanggil apa asal baik saja dan ada unsur doanya..^^
Anak nomer 2 dari tiga bersaudara, tinggal digubuk sederhana milik orang tua,di pinggir jalan yang bukan jalan raya, klo mau kerumah tinggal bilang "bang,ke rumahnya mushtofa",,jiaaah..ga jelas deh.
(mulai darimana yak?)..Ane pertama kali liat matahari tu sudah 21 tahun yang lalu. Keluar kebetulan di Rumah Sakit deket rumah dan mendapatkan nama itu. Mushtofa Kamal,artinya Mushtofa (terpilih) dan Kamal (sempurna)adalah pemberian dari nenek buyutku yang aku belum pernah melihat wajah beliau sampai sekarang (semoga nanti bisa bertemu dilain kesempatan yang lebih baik)...zrut.zrut..zrut..ciiiiiiitt..sampe deh di sini...(pake mesin waktu ceritanya)
Nah sekarang ane terdampar di Jogja. Sudah lebih dari 3 tahun kebetulan kuliah di FK UGM angkatan 2007. Hobi membaca (boong)..(biar keliatan intelek)..hobi main futsal,tidur,begadang,kerja dll...Pernah ikut Senat Mahasiswa,BEM juga pernah, KaLAM (rohis) juga pernah, Medical Scientist juga pernah,pernah jadi guru juga (guru bahasa inggris,matematika dan biologi),tentor di lemabaga pelatihan bahsa Inggris dan lain lain...
Sekarang sedang mencoba aktif di media (sudah 2 tahunan lah,heheh bergaji lho :P), ikut sbg Humas di Mer C, ngurus lapak cokelat, nge-MC, nge-moderator, nge-ikut2 rapat di KPTU (sampai dikira pegawai baru di fakultas..ck..ck..ck \m/),ikut2 proyek2 gitu dan program pengabdian kaya ibu hamil,ikut2 yankes,sok-sokan dah jadi dokter (tapi pasiennya ngangguk-angguk saja ki) dan banyak lagi yang lain..lain...(ngasdos juga masih=pengabdian ini)
Hahaha mungkin aku merupakan salah satu orang gila dan sinting di FK (bersama beberapa teman lain yang tidak disebutkan namanya),memanfaatkan masa2 mahasiswa untuk meraih keuntungan sebanyak-banyaknya. Keuntungan baik berupa duit, pengalaman dan jaringan yang terbentuk...Biarlah IP-ku tidak bisa dapet 3,9 yang penting banyak hal yang bisa aku peroleh. Karena entah sudah berapa kali mendengar dari para senior klo lagi ngobrol2,bahwa IP bukan parameter kesuksesan tetapi lebih pada softskill dan jaringan. Tapi bagaimanapun tetep IP harus paling nggak cukup. Cukup buat cari beasiswa,cukup buat daftar asdos,cukup buat daftar spesialis,cukup buat jadi mahar klo ntar mau nikahan dan cukup buat jadi cerita untuk anak-anakku kelak..wkwkwkww..wkwkwkww...
Kata orang,bang Mush ni oarngnya punya kepribadian ganda..agak melankolis,sanguinis juga,ada kalanya jadi perfeksionis (bukan ganda itu mah,multiple personality)..termasuk personality disorder memang. Ada yang bilang cool (ampuunnn gan...jangan dilempar bata),sumber mata air, mata duitan,dll. Whatever lah,asal ga dibilang pengecut aja..ahahahhaa..
Ini blog saya buat memang hanya sebagai pelampiasan pria single ini (promosi-promosi),berbagi cerita dan pengalaman yang mungkin saja berguna. Pengalaman kegagalan dengan maksud jangan meniru saya sehingga gagal. PEngalalaman unik dan menarik yang klo mau ya monggo. Intinya bukan untuk media cari jodoh,bukan untuk narsis-narsisan,bukan untuk apa-apa,hanya untuk saling berbagi cerita.itu saja..^^
Semoga blog ini akan terus hidup dan bisa menjadi inspirasi atau minimal sebagai bahan refleksi atau minimal lagi untuk hiburan dan melepas kepenatan,coz banyak yang jayus dan nggak penting ..:P
SoCheckThisOut..^^